(supaya lebih dramatis, hihi :)
“Apa rasanya ditakdirkan
menjadi tangan terakhir untuk menghapus mimpi,
sementara jalannya sudah dekat, sedang tekadnya sudah bulat?
Saya bersyukur. Dari sekian banyak student di UIA,
saya terpilih menjadi salah satu orang yang menukangi bagian desain SerumpuN.
Saya. Dengan segenap ke”somplak”annya, setidaknya masih dapat berbahagia menjadi
bagian keluarga ini, SerumpuN warriors. Dalam
keadaan tertentu, saya juga dipercayakan untuk mengambil keputusan darurat, seperti
meremove foto pembicara yang batal
diundang. Oki Setiana Dewi dan Andrea Hirata adalah beberapa contoh korban saya.
Bahkan, akhir-akhir ini, sepertinya akan ditugasi untuk mengeksekusi pergantian
nama Main Auditorium menjadi tempat lain.
Mengerjakannya, bukanlah
perkara sulit, bahkan kadang sambil diselingi tugas lain, seperti menyapu
halaman, membesihkan kandang ayam dan menyiangi tanaman. Tidak lama. Hanya
perlu waktu paling lama 10 menit, sebelum di save ke dalam format JPEG, yang kemudian di rename dengan “revisi cover proposal.jpg”. Lalu, tidak sampai 5
menit -jika koneksi internet lancar jaya- maka file resmi diterima dalam keadaan sehat wal’afiat ke tangan ketua, bendahara,
sekretaris, dll.
Namun kali ini, sebelum melakukan
aktivitas yang sama, sebelum dibuat termenung panjang karenanya. Maka saya
ingin mengambil kesempatan. Karena saya terkenang nasihat ini:
“Siapa yang memberi nasihat dengan memandang dirinya baik,maka dia akan berdiam diri apabila berbuat kesalahan.Dan siapa yang memberi nasihat, karena memandang (apa yang ia ucapkan)sebagai kebaikan dari Allah untuk dirinya, saudaranya, dan keluarganya,maka dia tidak berdiam diri apabila melihat kesalahan.”
Dengan menyebut namaNya,
dengan berharap tetap lurus niat saat menyampaikannya. Maka di beberapa paragraf
ke depan, izinkanlah tukang desain ini bercerita. Dibaca pelan-pelan ya..:)
...........
Mengapa Kau Patahkan ?
Warriors, mendekatlah..!!
Ceritakan apa kabar saudaramu di sana? Bukan, bukan tentangmu.
Karena hendaknya teladan sepertimu selalu baik-baik saja. Tapi kabar saudaramu, yang biasa disampingmu, si
fulan/fulanah itu? Sehatkah ia? Masihkah
ia bersemangat mengejar-ngejar syuting
(syuro penting) demi syuting kita.
Rapat yang dimulai dari basah kuyup keringat karena berlari-lari menyelesaikan
kelas ilmu, atau setelah mensiasati keluangan waktu di agenda yang berjalan
padat merayap. Hingga saat rapat digelar masih harus nyambi ngintip bahan-bahan
kuliah, sambil ngerjain assignments, bahkan sambil mengingat-ngingat apakah jemuran
di Mahalah sudah diangkat pada saat “Gerimis Tak di Undang” mengguyur Gombak dan
sekitarnya.
Masih adakah aroma
ukhuwah dalam pertemuan menyuguhkan berbagai macam hidangan kehangatan? Seperti
suasana kemarin pagi, ketika kita sama-sama punya uang. Dengan inisiatif, mengumpulkan
ringgit dari kantong masing-masing, untuk kemudian dibelikan teh manis yang sering berjodoh dengan nasi
lemak , dan diberikan kepada saudara kita yang malu-malu karena belum sempat
sarapan.
Atau seperti di
saat lain, saat kita sama-sama mebalik-balikkan lembar-lembar rosmul bayan yang dengan seribu akal dipindahkan
ke dalam agenda rapat supaya tampak berbobot lagi ilmiah, padahal sebenarnya itu
materi yang baru saja didapatkan selang beberapa menit sebelumnya di
lingkar-lingkar ukhuwah...:)
Warriors, kemarilah..!
Sekarang jujurlah, apakah keadaannya masih sama? Masihkah tersisa canda tawa atau lawakan lawas
dari stok humor ukhuwah kita? Atau ternyata jebakan rutinitas telah mencuri
romantikanya, atau ritme syura yang selalu berulang tanpa inovasi telah merenggut
energinya? Padahal beberapa saudara tengah belajar mencintai kebiasaan ini, padahal
yang lain tengah berupaya melepas lelah demi menemukan kesejukannya melalui
pertemuan ini, atau ternyata kalian telah patah, tengah dirundung rasa
bersalah, atau lelah dengan segala kerja-kerja dakwah dan pengorbanannya, atau
terlampau asyik dengan kenikmatan lain di dunia lain, atau ruang hatinya telah
penuh dengan kecewa akibat prasangka-prasangka yang tak kunjung mendapat tabayyun, atau hanya sekedar salah
mengartikan sayang Kekasihnya, Allah SWT, ia kira ia mendapat hukuman padahal
sebuah ujian kemuliaan?
Kiranya kita perlu tertunduk sejenak. Tentang secerabut kisah
dari pemuda parlente, penggila dunia, yang bahkan kala menyisir rambut sampai melalaikan
shalatnya. Benar, inilah dia Umar bin Abdul Aziz, hingga suatu hari hidayah
mengetuknya, saat tampuk kepemimpinan dipindahkan ke pundaknya. Ia hijrah. Dengan
sebenar-benar hijrah.
“Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz,” ujar almarhum
Ustadz Rahmat Abdulah, “dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah
dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yang bisa diberi sedekah. Tubuh
mulia itu terkoyak-koyak. Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja.
Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam dua tahun ia sakit parah
kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang
tenang”.
Allahuakhbar, sampai disini, sesak rasanya, ada bening yang mengalir
Memperbaiki Rasa
Bersalah Kita
“Dakwah bukannya tidak melelahkan.Bukannya tidak membosankan.Dakwah bukannya tidak menyakitkan.Bahkan juga para pejuang risalahbukannya sepi dari godaan kefuturan”.(Ust Rahmat Abdullah)
Duhai saudaraku, tentara Allah. Sudah dimana kita
sekarang? Bahkan kerja
baru saja dimulai, bahkan masih jauh dari kata tuntas…? Apakah kita pantas mengendurkannya?
Meskipun beberapa dari kita tak mampu
menjamin untuk tetap selalu ada di dalamnya. Tetapi selama asa masih di
dada; kelelahan, rasa
sakit, niscaya mengiringi perjalanan
cinta. Dan satu kisah heroik, akan segera memaksa kita untuk menyambungnya dengan
amalan yang jauh lebih tragis.
Maka ketika ikatan melemah, ingatlah senandung juang itu terlantun
dalam nasyid ini:
Wahai tentara Allah bertahanlah,,
jangan menangis walau jasadmu terluka
sebelum engkau bergelar syuhada
tetaplah bertahan dan bersiap siagalah”(Jejak, Izzatul Islam)
Atas nama kecintaan itu semua duhai saudaraku,
bertahanlah, abaikan lelahmu. Atas nama kesabaran itu saudaraku,
bersiap-siagalah, lupakan kebosananmu. Atas balasan gelar syuhada itu
saudaraku, tinggalkan semua prasangka, bergeraklah ketempat yang lebih tinggi
agar kau dapat lihat hakikat-hakikat kemuliaan dan kasih sayang-Nya.
Sekarang, marilah sahabat menilik ke mushaf cinta yang kita miliki, kita
bacakan janjiNya, pada surat ke enam puluh tujuh; al-Mulk. Ayat ke tiga puluh.
“Katakanlah (Muhammad), "Terangkanlah kepadaKu jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir?" (Q.S al-Mulk: 30)
Disini kita memahami, ayat ini mengingatkan dan menguatkan kita atas segala
persoalan yang kita hadapi. “Maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir?”.
Dalam permasalahan kita mungkin konteksnya seperti ini, “Maka siapa yang
memberimu Dana?”, “Maka siapa yang menggerakkan pembicara datang?”, “Maka siapa
yang memberikanmu tempat?”. Allahlah yang menghadirkan jalan keluar dengan
segala kemungkinan yang Allah punya. Atas segala persoalan yang kita hadapi,
minta sama Allah. Allah lagi. Allah lagi. Allah terus. Dan semoga, Dia berikan rizqi dari
penjuru yang tak diduga.
Setelah itu, mari bersihkan diri dengan
air-air wudhu yang sejuk, kemudian tersungkurlah dalam dua rakaat keinsyafan di
serambi-serambi suci-Nya, ambil kembali mushaf-mushaf yang telah lama kau tidak
nikmati maknanya, lantunkan bait-bait langit sebagai tanda engkau kembali
berazam untuk menjadi penghuni langit. Tak perlu malu untuk teteskan air mata
di kesepian, di kerinduan yang telah lama kau bendung di kedua kelopak mata dan
hatimu.
Dan, Kami Percaya
Kalau boleh,aku ingin memejam matasebentar saja.Hingga hati bergemericik dalam jernih.Hingga jiwa bertumbuh dalam peka.Hingga yang tercenderungi tinggallahkeindahan yg benar,atau kebenaran yg indah.Cukuplah,iman yg menjadi penentu dalam tiap pilihan.Lalu aku percaya..(Aditya Rangga Yoga)
Ah, begitu panjangnya si tukang desain bercerita. Memutar-mutar, seperti karakter orang di kampungnya, yang saat ingin menyampaikan A harus bersayap ke poin B hingga Z dulu...:)
Intinya saya mengajak diri saya, juga anda, bahwa selain disibukkan pekerjaan teknis, juga tak lupa mencari hikmah dalam empat keterkaitan indah; bersyukur, bersabar, bertahan dan bersiap-siaga. Pada keempatnya, Allah gandengkan kebaikan, entah dalam keadaan apapun kita. Dalam kesulitan, juga dalam kemudahan. Pada Allah kita kembalikan semuanya. Setiap takdir Allah, yang dimaknai dengan ikhtiyar.
Intinya saya mengajak diri saya, juga anda, bahwa selain disibukkan pekerjaan teknis, juga tak lupa mencari hikmah dalam empat keterkaitan indah; bersyukur, bersabar, bertahan dan bersiap-siaga. Pada keempatnya, Allah gandengkan kebaikan, entah dalam keadaan apapun kita. Dalam kesulitan, juga dalam kemudahan. Pada Allah kita kembalikan semuanya. Setiap takdir Allah, yang dimaknai dengan ikhtiyar.
Pilihan rasa adalah
pemantik kelapangan hati. Tanpa rasa, cita itu terkadang terbatasi.
Sampai-sampai tertutup kesempatan untuk berbuat yang lebih besar, andai tak
sejalan dengan cita yang dibayangkan. Padahal, dalam pertimbangan-pertimbangan
cita kita teriring lebih banyak prasangka dan ketidaktahuan. Inilah rasa, yang
pada akhirnya melapangkan hati untuk menikmati penyesuaian-penyesuaian dengan
rencana terbaik Allah untuk kita.
Akhirnya,
jazaakumullaahu khairan katsiiraan. Untuk setiap insan yang menjadi pembina
setia dalam melatih rasa; guru-guru kehidupan. Hingga tersempat saya mengecap
manisnya rasa ukhuwah dan dakwah. SerumpuN selalu menjadi satu diantara 3 cerita hidup saya yang tak pernah sanggup diungkap dengan kata, karena perjalanannya, karena pengorbanan tiap jundi-jundiyahnya selalu menghadirkan linangan air mata. Utamanya, pada yang seolah diam, namun kerjanya seperti memindahkan gunung dan lautan... Terimakasih, semoga tercukuplah balasan Allah, dan cinta dari penduduk langit.
Genderang telah
ditabuh,
Siapkah kita menerima panggilan tersebut?
Bersiap siagalah di pos masing-masing!!
Siapkah kita menerima panggilan tersebut?
Bersiap siagalah di pos masing-masing!!
Nb:
Masbro, Mbasis... Tolong sisain saya satu tiket!!
0 komentar:
Post a Comment