10 Hal Tentang Ijul


Berat. Menggambarkan diri itu teramat berat, kata seorang sahabat, "catatan itu tidak akan sama persis dengan yang dimiliki malaikat." Saya itu, sepintas tampak biasa, dua tiga kali melintas mungkin anggap saya lulusan sekolah luar biasa (SLB-red). Saya menyukai warna hijau dan biru, karena syurga seperti menitipkan kedua warna ini ke bumi.

Baiklah, pada beberapa paragraf ke depan saya akan berbagi informasi terkait diri ini. Secara random, ini 10 hal tentang saya. Terserah, mau percaya atau tidak, toh ini bukan bagian dari rukun iman. Sebagai catatan, ini tidak menyimpulkan keseluruhan, hanya sekedar yang terfikir saat-saat ini. Tapi ini memang saya banget.

1.    Termasuk anak badung IPS dulunya. Anak SMA yang akhirnya terpaksa menjadi baik dan ada saja hal-hal yang memaksanya menjadi baik. Terpaksa tak apa-apalah, kalau pada akhirnya benar-benar berusaha tetap menjadi baik. Saya bahagia berkumpul dengan yang baik, meski saya belum pantas bersama mereka yang baik. Baiklah..:)
2.    “Asalnya dari mana mas?”|“Maaf panggil uda, saya bukan mas-mas”. Di akta kelahiran, tertulis lahir di Padang, asli Minang, di mana orang tua lahir, tumbuh, dan berkembang di sini. Semenjak saya lahir, kami sekeluarga 20 tahun merantau ke bumi Raflessia, Bengkulu. Berjuta cerita tertinggal di sana. Hingga saat-saat berpisah itu datang, tahun 2010 sekeluarga kembali ke kampung halaman, dan kemudian Malaysia-Bogor-Padang menjadi tempat hilir mudik. Seringkali, saya jelaskan ini panjang lebar ketika ditanya tentang asal. Supaya tidak ngasal.
3.    Udang Goreng balado, nasi kapau, dan sup ayam adalah makanan yang sedapnya tak tergantikan. Walau begitu, saya sebenarnya termasuk manusia pemakan segalanya, selama halal, baik, dan bukan produk boikot yang dapat di konsumsi dengan aman dan nyaman. Jadi siapapun yang bersama dengan saya nanti, jangan khawatir. Gosong dan keasinan adalah nikmat, selama kau yang membuat..:) #konde
4.    Bersepeda adalah salah satu cara saya mewujudkan mimpi masa kecil, yaitu berjalan di atas udara. Entah kenapa, dalam skenario mimpi, setiap dikejar mahluk yang menakutkan saya seperti mendapatkan kekuatan berjalan di langit. Kata ibu, ini efek terlalu banyak nonton Jet Lee dan Mortal Kombat. Oke sip.
5.    Taman, pantai, hamparan bintang, dan ketinggian. Empat tempat itulah yang menjadikan kerinduan untuk selalu dikunjungi di saat mengharapkan bertubi-tubi inspirasi. Sebuah pepatah mengatakan, jika kau tersesat maka pergilah ke tempat yang lebih tinggi untuk mencari jalan ke luar. Sherina pun sependapat, “Lihatlah segalanya lebih dekat dan kau akan menilai lebih bijaksana. Mengapa bintang bersinar, mengapa air mengalir, mengapa dunia berputar.” (maaf jadi keterusan nyanyi)
6.    Bus dan Kereta Api laksana kendaraan perang yang mengantarkan saya mengelilingi bumi. Tempat duduk terfavorit adalah bangku deretan ke tiga bila dihitung dari depan, dan harus di dekat kaca, (spesifik sekali ya, hehe) bukan.. bukan buat ngaca. Tapi sudut inilah yang paling ideal menurut saya, menyaksikan alam bercerita..:)
7.    Kamera dan Photoshop, merupakan dua temuan terbaik manusia setelah nasi padang..:) Saya masih percaya bahwa untuk membangun peradaban, gambar begitu diperlukan untuk mewujudkan strategi besar melalui visualisasi. Adapun dampak lain seperti narsis menurut saya, merupakan salah satu komunikasi abad ini untuk menyampaikan bahwa saya masih sehat dan baik-baik saja (baca: masih konslet seperti yang anda kenal dulu)
8.    Pribadi sanguinis juga audio-visual ini  sebenarnya tidak suka membaca, kecuali kalau bergambar, atau saya coret dulu bukunya sehingga menghasilkan sebuah gambar..:P Saat presentasi entah kenapa lebih semangat bila menggunakan media (LCD dan speaker misalnya). Tapi sekali-kali tidak untuk urusan belajar, saya lebih suka keheningan. *kemudian hening*
9.    Juventini, saya termasuk penggemar Juventus sejati. Bodohnya, waktu kelas satu smp saya mendoakan klub ini di Tahajjud pertama saya. Remeh sekali doanya ya..:) Dari Juventus dan Delpiero, saya belajar tentang arti kesetiaan, bagaimana rasanya saat di atas, jatuh terhempas, hingga kembali trengginas. Dan tahun ini, saya belajar beryukur dan berlapang dada, bersyukur karena juara Serie-A, dan lapang dada karena mulai ditinggal sosok yang dicinta.
10. Mabit di Turin, menyeduh teh di Madinah, dan berdomisili di Australia sebagian dari cita-cita besar saya. Target maksimal saya adalah di 5 tahun setelah menulis ini. Mimpi banget. Namun, “Kenyataan hari ini adalah hasil impian kita kemarin, kenyataan esok hari ditentukan oleh impian hari ini.” -Imam Syahid Hasan Al Banna-

Akhirnya, berlutut di lantai bumi, kemudian tersenguk-senguk memohon: "Ampuni ya Allah, kalau hasil rekonsiliasinya timpang dengan yang di catat oleh Raqib dan AtidMu."



Saudaramu yang banyak tertinggal,
dan masih harus dipaksa belajar,

Ijul