oleh: Fauzul Azmi Zen
Mari kita berandai-andai. Andaikan anda diminta menuliskan buku panduan strategi marketing dengan mengambil biografi Muhammad SAW, apa yang anda lakukan agar ia semembius Rich Dad, Poor Dad yang menjadi "kitab suci" bagi pelaku bisnis Multilevel Marketing (MLM)?
Mari kita berandai-andai. Andaikan anda diminta menuliskan buku panduan strategi marketing dengan mengambil biografi Muhammad SAW, apa yang anda lakukan agar ia semembius Rich Dad, Poor Dad yang menjadi "kitab suci" bagi pelaku bisnis Multilevel Marketing (MLM)?
Goresan tulisan ini bermula setelah terbelalak
membaca kabar yang menghebohkan dunia bisnis akhir-akhir ini. Dalam situs
berita The New Times
menyebutkan “Rich Dad, Poor Dad author
Robert Kiyosaki files for bankruptcy”.
Robert Toru Kiyosaki, Sang Guru finansial
sekaligus penulis buku keuangan terlaris di
dunia itu baru saja mengajukan kebangkrutan perusahaannya, setelah
kalah dalam putusan pengadilan melawan The Learning Annex,
sebagaimana dilaporkan The New York Post. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan Kiyosaki Rich Global LLC diperintahkan untuk
membayar denda hampir US$24 juta (sekitar
Rp227 miliar) kepada pendiri dan ketua Learning Annex, Bill Zanker. Pengadilan Amerika memerintahkan agar
Kiyosaki memberikan persentase keuntungan kepada Zanker yang diperolehnya dari
berbagai seminar keuangan yang menggunakan jasa Learning Annex
sebagai penyelenggaranya.
Semula
sebelum membaca kasus ini, penulis berfikir ini adalah karya motivasi bisnis
yang epidemi dan membumi. Bagaimana
tidak, Kiyosaki tidak hanya berhasil menggugah semangat jutaan pebisnis yang
masih hijau dengan pengalaman, namun juga berhasil menyentil para akademisi
yang gagal menjadi kaya. Robert bahkan menyihir dunia
bisnis dengan membuat trend baru: menjual seminar dan pelatihan dalam kemasan
lebih bergengsi.
Pesan Ayah Miskin: “Cinta uang adalah akar segala kejahatan”
(Robert
Kiyosaki)
Pada 19 Mei 2006, stasiun televisi ABC mengadakan sebuah segmen yang
disebut 20/20 Segment. Dalam segmen
ini ABC memberikan masing-masing 1000 USD kepada 3 orang entrepreneur yang pernah dilatih Kiyosaki dan meminta mereka
menghasilkan uang sebanyak-banyaknya selama 20 hari. Malangnya, setelah 20 hari
berlalu para kontestan membuat kesimpulan yang menarik dan mengakui bahwa
Robert Kiyosaki tidak memberikan contoh konkrit bagaimana menghasilkan uang.
"Apa yang dilakukannya (Kiyosaki),” demikian
kutipan dari seorang kontestan, “saya rasa, hanyalah membuka pikiran Anda
mengenai kesempatan. Dia tidak mengatakan kepada Anda bagaimana untuk
melakukannya."
Kiyosaki,
sebelum
menulis buku adalah akademisi yang sudah berulang kali membangun bisnis, tetapi
beberapa kali pula jatuh. Apabila para pembaca tahu judul buku Robert Kiyosaki
yang pertama terbit pada tahun 1993, yaitu "If
You Want to be Rich and Happy ... Don't Go to School". Walaupun sempat
menjadi best seller di Amerika
Serikat, buku ini sangat kontroversial, sehingga hak terjemahan tidak dijual ke
luar Amerika Serikat, dan baru pada tahun 1997 dia menulis buku lagi, yaitu "Rich Dad, Poor Dad".
Pada buku itulah ia memperkenalkan konsep
kebebasan finansial yang dilakukan dengan buku, game, seminar, dan bentuk inovasi konsep bisnis lainnya. Dia sangat
cerdas, melalui usaha ini pada akhirnya ia mendapatkan kebebasannya. Konsep Financial
literacy yang ditawarkannya merupakan pelajaran
yang belum didapatkan di sekolah mana pun, ilmu yang mampu membuka rahasia
mengapa bekerja dengan harapan tiap tahun gaji bisa dinaikkan sebesar 10-20%
adalah kebodohan, padahal di saat yang lain inflasi bergerak lebih cepat dari
kenaikan gaji.
Dari beberapa fragmen tersebut, penulis begitu terketuk untuk bertanya,
“Sejujur apakah motivasi bisnis Robert Kiyosaki?” Untuk menjawabnya, maka
simaklah penuturan sang relasi bisnis yang di kemudian hari menjadi lawannya di
pengadilan;
"Saya menggunakan brand
Kiyosaki,” ungkap Zanker, “dan memiliki andil meroketkan namanya hingga semakin
membesar. Awalnya, dalam kesepakatan disebutkan bahwa dalam setiap penjualan
seminar yang kami kerjasamakan, saya akan mendapatkan persentase keuntungan
yang akan dibaginya, namun Kiyosaki mengingkarinya. Oprah percaya kepadanya,
Will Smith percaya kepadanya, namun ia tidak memenuhi janjinya kepada kami".
Tak dinyana konsep sedemikian dahsyat itu miskin penerapan. Miskin
kejujuran. Kasus ini seolah menjadi
teguran hebat bagi para pengikut Robert Kiyosaki bahwa selincah apapun trik bisnis yang ditanamnya, ternyata
masih memerlukan ruang untuk bertanya, “validkah
ini?” Terlebih lagi, Sang
Guru sendiri yang ternyata mendurhakai nasihat ayah kayanya; “Saya sangat prihatin bahwa terlalu banyak
orang menaruh perhatian terlalu besar pada uang, dan bukan pada harta mereka
yang terpenting, yaitu pendidikan mereka.”
Maka, dengan mengembalikan petuah sang
Guru, yang rupanya dijiplak dari al-kitab Timotius 6:10, semua
penganut paham kebebasan finansial seharusnya serempak menepuk pundak Kiyosaki
seraya membisikkan; “Cinta akan
uang adalah akar dari segala kejahatan”. Sebuah nasehat
ayah kaya orang beriman, yang dianggapnya miskin.
Robert Kiyosaki sebenarnya tidak
melulu berbicara konsep
kecerdasan finansial, di satu sisi ia pernah menyentuh konsep piramida belajar. Kisahnya mengingatkan kita pada Adam Smith dalam The Moral of Sentiment
Theory yang menggagas nilai santun berekonomi. Namun akibat jarang
diwariskan secara gamblang kepada
muridnya, teori ini menjadi dilupakan atau dianggap seperti karya yang
“mendua” di tengah arus pemikirannya yang concern terhadap materi.
Begitulah, sekalipun dimata para kritikus
Rich Dad, Poor Dad sangat
kontraproduktif dan mulai terasa hambar, teori Robert dalam Financial IQ masih
fenomenal hingga saat ini. Begitulah, sekalipun
perusahaannya mendapat ancaman liquidasi, kekayaan pribadi Kiyosaki diprediksi
tidak akan terusik sama sekali.
Nah, sekarang giliran followers Kiyosaki juga wajib tahu tentang
seorang yang lebih besar pengaruhnya dari kehidupan Sang Guru Finansial. Ia
yang dinobatkan as the
Greatest man of history oleh Michael Hearth dalam "The 100 Most Influential Persons In
History". Dalam puncak emas torehan sejarah bisnisnya, ia bahkan
menyunting istrinya dengan mahar 100 unta merah. Bayangkan, bila bukan karena
kejayaan usahanya, bagaimana seorang yatim piatu mampu melakukannya? Ya, dialah Rasulullah Muhammad SAW.
"Sesungguhnya
telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah".
(Q.S al-Ahzab: 21)
Keteladanan ini yang sepertinya
mengharuskan Robert Kiyosaki sekali-kali harus berkunjung untuk duduk sejenak di kelas fiqh muamalah, mencatat apa yang dibantahnya.
Pertama,
Jika anda
meyakini bahwa alat ukur kesuksesan dalam bisnis adalah uang, mungkin anda
benar, tapi tidak dengan bisnis Rasulullah, indikasi kesuksesan ala Rasulullah
adalah meraih trust dan competence. Demikian ungkap Dr. Muhammad
Syafii Antonio, M.Ec.
Beliau memaparkan bahwa Rasulullah tidak
hanya menjadi seorang coach atau mentor para sahabat, namun seorang Da’i
yang juga pegiat bisnis. Beliau memulai usahanya dari small medium enterprise, dari sekadar menjadi worker, kemudian dipercaya menjadi supervisor, manager, hingga
menjadi investor dalam perniagaan
besar. Perjalanan dari kuadran ke kuadran itu, menunjukkan bahwa Rasulullah
adalah seorang entrepreneur yang dapat
dihandalkan, memiliki strategi matang dalam mengembangkan usahanya.
Kedua, Jika anda meyakini bahwa
transparansi adalah sesuatu yang naïf dalam bisnis, justru Rasulullah
menjadikannya sebagai karakter solid
dalam menjaga reputasi perniagaan.
“Keterbukaan
Rasulullah,” tutur Laode M. Kamaluddin. Ph.D “dalam melakukan transaksi
perdagangan merupakan teladan bagi setiap pengusaha. Beliau selalu menepati
janji dan mengantarkan barang dagangan dengan standar kualitas sesuai dengan
permintaan pelanggan sehingga tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh atau
bahkan kecewa. Reputasi sebagai pelanggan yang benar-benar jujur telah tertanam
dengan baik. Sejak muda, beliau selalu memperlihatkan rasa tanggung jawabnya
terhadap setiap transaksi yang dilakukan.” urai sang penulis 14 Langkah
Bagaimana Rasulullah SAW Membangun Kerajaan Bisnis itu,
Ketiga, Jika anda meyakini semua
motif bisnis adalah memaksimalkan kekayaan, anda tidak salah, namun Nabi
Muhammad SAW looking beyond profit.
Ia menjadikan bekerja sebagai ladang menjemput surga; sarana pembelajaran untuk
berpikir visioner, kreatif dan siap menghadapi perubahan; pintar mempromosikan
diri; menggaji karyawan sebelum kering keringatnya; mengutamakan sinergisme;
berbisnis dengan cinta; serta pandai bersyukur dan berucap terima kasih.
Mari berkaca dari Rasulullah,
lalu mencari makna. Pesan moral yang bisa kita serap
dari kasus ini ialah: melek financial
perlu dibarengi melek niat. Tidak akan pernah ada artinya mengejar kekayaan
dengan meruntuhkan nilai kepercayaan. Kiyosaki
agaknya tidak istiqamah membangun
instrumen kekayaannya, padahal, ia menyarankan bagi tiap orang untuk
meraih sukses dan bebas secara finansial dengan menjadi Bisnis Owner dengan menjaga pesan “Jangan Korbankan Kejujuran dan Kepercayaan
demi Uang Berapapun”.
Melalui kasus
kebangkrutan Kiyosaki Rich Global LLC, penulis memberi penekanan khusus pada urgensi
amanah. Kesuksesan yang didapatkan Rasulullah tak bisa lepas dari
keberhasilannya menjaga amanah, menarik sekali karakter ini, sehingga tidak ada
satupun orang yang berinteraksi dengan Rasulullah kecuali mendapatkan kepuasan
yang luar biasa. Kepuasan yang membuat
sang miskin ikut berkata, “suatu saat nanti aku juga kan kaya.”
Telah dipublikasikan di Buletin ISEFID IIUM dengan judul; "Ada Apa Robert Kiyosaki ?"
Konsepnya benar dan saya memahaminya, mungkin bisa dibaca ulang...beliau pernah bangkrut tetapi itu proses belajar. Apakah anda sudah mengetahui kekayaannya? lihat wikepedia! dan MLM itu juga baik sistempembelajarannya.
ReplyDeletewww.xamthone-dahsyat.com
Baca bukunya " The cash flow quadrant" + "Guide To Investing" kl sudah coba baca " Retire young retire rich " pahami tiga buku itu dg pikiran TERBUKA.
ReplyDeleteTidak diragukan lagi Rosululoh manusia pilihan terbaik dan bukan kapasitas kiyosaki dibandingkan dg beliau. Kiyosaki bkn utusan Tuhan kn??..yg bangkrut itu SALAH SATU bisnisnya bkn Kiyosakinya. Sperti yg anda tulis di atas "Kekayaannya tak terusik". Saya yakin nggak lama lg dia membangun bisnis baru.
Jaman skrg masih terapin gaya sang nabi...naek onta aja loe
ReplyDeleteTrims infonya.. Semoga kita termasuk orang yang bersyukur dan nabi Muhammad jadi teladan kita..
ReplyDeleteKonsep pemikiran bisnisnya mungkin sudah benar, hanya kejujuran Robert Kiyosaki yang sdg diuji, dan dia kalah.
ReplyDeleteMengkritik memang mudah. Sy Muslim, sy meyakini Nabi Muhammad SAW adadal teladan yg paling baik di tiru, tata Robert Kiyosaki jg sudah cukup baik memberikan pembelajaran & sy berterimakasih kepadanya.
ReplyDelete